SEJAK 1999, Hari Puisi Sedunia disambut pada 21 Mac bagi sebagai penghargaan untuk kesenian yang mekar hidup di seluruh pelusuk dunia, iaitu puisi.
Menurut Pertubuhan Pendidikan, Saintifik dan Budaya Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (Unesco), Hari Puisi Sedunia mula disambut pada 21 Mac ketika Persidangan Umumnya yang ke-30 di Paris, Perancis pada 1999.
Tujuannya untuk menyokong kepelbagaian linguistik melalui ekspresi puitis dan meningkatkan peluang untuk bahasa-bahasa yang hampir pupus didengari.
“Hari Puisi Sedunia adalah keraian untuk memberi penghormatan kepada para penyajak; menghidupkan semula tradisi lisan deklamasi puisi; menggalakkan pembacaan, penulisan dan pengajaran puisi; memupuk penyatuan puisi dengan cabang seni lain seperti teater, tarian, muzik dan lukisan serta meningkatkan keterlihatan puisi dalam media.
“Kerana puisi terus menyatukan manusia dari seluruh benua, semua orang dijemput meraikannya,” kata Unesco.
Sempena sambutan Hari Puisi Sedunia ini, Relevan mahu kongsikan tujuh puisi kegemaran kami buat anda semua.
- Nikmat – A. Samad Said
Segala yang dihasrat tapi tak didapat adalah nikmat yang paling padat.
- Sajak Ibu – Wiji Thukul
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah tetapi menangis ketika aku susah ibu tak bisa memejamkan mata bila adikku tak bisa tidur karena lapar ibu akan marah besar bila kami merebut jatah makan yang bukan hak kami ibuku memberi pelajaran keadilan dengan kasih sayang ketabahan ibuku mengubah rasa sayur murah jadi sedap ibu menangis ketika aku mendapat susah ibu menangis ketika aku bahagia ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda ibu menangis ketika adikku keluar penjara ibu adalah hati yang rela menerima selalu disakiti oleh anak-anaknya penuh maaf dan ampun kasih sayang ibu adalah kilau sinar kegaiban tuhan membangkitkan haru insan
- Sajak Pertemuan Mahasiswa – WS Rendra
Matahari terbit pagi ini Mencium bau kencing orok di kaki langit Melihat kali coklat menjalar ke lautan Dan mendengar dengung lebah di dalam hutan Lalu kini ia dua penggalah tingginya Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini memeriksa keadaan Kita bertanya: Kenapa maksud baik tidak selalu berguna? Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga? Orang berkata: “Kami punya maksud baik.” Dan kita bertanya: “Maksud baik saudara untuk siapa?” Ya! Ada yang jaya, ada yang terhina Ada yang bersenjata, ada yang terluka Ada yang duduk, ada yang diduduki Ada yang berlimpah, ada yang terkuras Dan di sini kita bertanya: “Maksud baik saudara untuk siapa? Saudara berdiri di pihak yang mana?” Kenapa maksud baik dilakukan Tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya Tanah-tanah di gunung telah menjadi milik orang-orang di kota Perkebunan yang luas Hanya menguntungkan segolongan kecil sahaja Alat-alat kemajuan yang diimpor Tidak cocok bagi petani yang sempit tanahnya Tentu kita bertanya: “Maksud baik saudara untuk siapa? “Kita mahasiswa tidak buta.” Sekarang matahari semakin tinggi Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya: Kita ini dididik untuk memihak yang mana? Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini Akan menjadi alat pembebasan Ataukah akan menjadi alat penindasan? Kita menuntut jawaban Sebentar lagi matahari akan tenggelam Dan malam tiba Cicak-cicak bernyanyi di tembok Rembulan berlayar Tetapi pertanyaan-pertanyaan kita tak akan mereda Ia akan muncul di dalam mimpi Akan tumbuh di kebon belakang Dan esok matahari akan terbit kembali Senantiasa hari baru menjelma Pertanyaan-pertanyaan kita akan menjadi hutan Atau masuk ke kali akan menjadi ombak di samodra Di bawah matahari ini kita bertanya: Ada yang menangis, ada yang mendera Ada yang habis, ada yang mengikis Dan maksud baik kita memihak yang mana!
- Adik lapar – Shafiq Said
kelaparan menggigit segalanya menggiurkan adik awan bertih jagung hari ini nampak manis disirami karamel matahari pohon-pohon kelapa lolipop pandan membawa harum ke halaman sabar dik ibu ke klinik daerah menafsir gula dalam darah kita adik-beradik memandang jalan seperti anak anjing menanti tuan pulang
- Kamar – Karim Mohd
melihatmu aku ingin keluar tetapi aku pintu
- Penggali kubur – T Alias Taib
Badai mengangkat mayat, kilat, guntur dan angin ke sebuah gubuk di pinggir hutan. jendela tersentak; beberapa bilah kilat memacak engselnya. atap gementar digegar guntur. ketukan menderu di daun pintu; lebih tajam daripada kilat, lebih bergegar daripada guntur, lebih kencang daripada angin. “sudah kaubina rumahku?” tanya mayat sambil menerjang pintu bagai badai yang menerjang gubuk tua itu. pintu remuk, palangnya terpelanting, mayat masuk menyeret badai mengamuk. “rumahmu? tapi…” kata isteri penggali kubur yang tinggal sebatang kara. pelita di sisinya berguling. “suamiku, penggali kubur itu, baru saja mati dan baru saja menggali kuburnya.” sambung si sebatang kara. dalam gelap, kilat sempat melepaskan tiga empat bilah cahaya tepat ke wajah pucat mayat. mayat mengapung di laut ribut. seperti sehelai selendang putih, ia me- layang keluar melalui jendela, mencari tukang rumah
- Aku ingin – Sapardi Djoko Damono
aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Apa pula puisi kegemaran anda? Kongsikan bersama kami. – RELEVAN